hello
i've waited here for you, everlong. // thoughtless ramblings of yours truly :-)
profile | entry
Story of My Life.........So Far. ; Thursday, September 27, 2012

My history teacher gave out an assignment to make an autobiography and post it onto the class blog. Well I thought, why don't I post it on my blog as well! Haha.
It's in Indonesian though. Here we go!





16 Tahun Belum Cukup

Masa Balita
Hari masih terang ketika saya terlahir ke dunia. Saya lahir di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita di Jakarta Barat sekitar pukul 13.00 pada hari Senin, 29 April 1996. Saya lahir dengan berat 3,6 kg dan tinggi 55 cm. Savanna Berlian Segara, begitulah nama lengkap saya. Savanna yang dimaksud di nama saya bukan padang rumput, melainkan nama sebuah kota di Amerika Serikat yang disukai kedua orangtua saya karena keindahan dan ketenangannya. Berlian diambil dari nama sebuah permata, dan Segara berarti lautan. Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Saya mempunyai seorang kakak perempuan bernama Virginia Intan Segara dan adek laki-laki yang bernama Arlington Klana Segara. “Mama senang sekali, kalian saat masih kecil itu anak baik, nggak pernah rewel. Nggak pernah nangis kenceng-kenceng di jalanan minta dibelikan mainan kayak anak-anak lain.”, begitulah yang dikatakan Ibu saya.
Walaupun saya tidak rewel, orangtua saya berkata kalau sejak kecil saya sudah ngeyel. Papa saya bercerita, saat masih KB, saya pernah berdiri dan loncat-loncat di kursi depan mobil saat Papa sedang menyetir. Papa sudah menyuruh saya duduk tapi saya tetap ngotot ingin berdiri. Tiba-tiba, Papa mengerem mendadak sehingga saya terlempar kedepan dan terkena dashboard mobil. Keluar banyak sekali darah dari mulut saya! Darahnya sangat banyak sampai-sampai kami berhenti ditengah jalan dan membeli aqua untuk kumur-kumur. Saya menangis kencang sambil berkumur dan mendengarkan omelan Papa, “Tuhkan, makanya jangan ngeyel!”
Masa balita saya lalui dengan bahagia di Jakarta. Saya KB dan TK A di Yasporbi, sebuah sekolah di daerah Kemanggisan. Namun, belum lulus TK A, saya pindah sekolah ke TK Islam Al Azhar 1 Pusat karena pindah rumah.

Bersama kakak di tempat tidur


Merayakan ulang tahun kakak

Bersama adek, kakek dan nenek


Meninggalkan Indonesia (Masa TK-SD kelas 3)
Baru beberapa hari memasuki TK B, Papa saya ditugaskan oleh kantornya, Bank Indonesia, untuk pergi dinas ke Amerika Serikat untuk bekerja di IMF. Karena dinas nya cukup lama, yaitu 3 tahun, kami sekeluarga ikut serta. Jadilah pada akhir tahun 2001 kami sekeluarga berangkat ke Amerika. Selama disana, kami tinggal di Rockville, Maryland. Selama 3 bulan pertama, saya belajar menyesuaikan diri dengan kehidupan di Amerika.  Cuaca yang sangat berbeda dengan Indonesia tidak mudah untuk diterima oleh tubuh saya. Kebetulan, kami tiba di bulan November, dimana udara sudah sangat dingin, bahkan salju sudah mulai turun. Saya juga mengalami jetlag selama beberapa minggu.
 Namun tentu yang paling terasa adalah perbedaan bahasa. Saya benar-benar tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali! Apesnya, di hari pertama sekolah, seluruh murid kelas saya mendapat tugas untuk menggambar lalu maju kedepan kelas untuk menceritakannya. Giliran saya pun tiba. Saya bersusah payah menjelaskan gambar yang saya buat dengan bahasa inggris yang pas-pasan sambil menahan malu. Karena bahasa inggris saya sangat minim, pada hari pertama sekolah saya hanya berdiam diri, tiba-tiba dua orang anak menghampiri saya. Dua anak itu adalah Robin dan Richard. Ternyata mereka mengajak saya bermain dengan anak-anak lain! Hal itu membuat saya bahagia tak kepalang. Sejak hari itu, kami bertiga bersahabat. Sampai sekarang kami masih sering bertukar kabar tentang keadaan masing-masing. 
 
Bersama guru SD kelas 1, Ms. Safapour
 
Bermain salju dengan keluarga
                Sebenarnya, yang paling menyenangkan adalah libur sekolah di Amerika sangat panjang-libur naik kelas, alias libur musim panas, mencapai 3 bulan! Belum lagi libur musim dingin, musim semi, dan musim gugur. Pokoknya setiap musim ada liburnya deh. Karena itu, hampir setiap liburan kami sekeluarga selalu pergi travelling keliling Amerika. Asiknya adalah: kami jarang sekali menggunakan pesawat, hampir selalu menggunakan mobil! Kami roadtrip keliling Amerika mengunjungi berbagai tempat dan landmark di Amerika Serikat, seperti Niagara Falls, Grand Canyon, Broadway, Las Vegas, dan lain lain. Di awal tahun 2004, Papa saya ditugaskan untuk kembali ke Indonesia. Dengan berat hati saya mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman dan meninggalkan Amerika, tempat yang saya anggap rumah selama tiga tahun terakhir. 
Liburan ke Florida bersama keluarga

Di depan Statue of Liberty, New York
              

 Kembali ke Tanah Air (Masa SD kelas 3-6)
                Begitu sampai di Indonesia, saya langsung memasuki kelas 3 di SD Islam Al Azhar 1 Pusat. Rupanya cukup banyak teman TK yang masih ingat dengan saya! Kami kembali berteman dengan cepat. Nah, sekarang giliran saya berusaha mengingat kembali Bahasa Indonesia. Ada kejadian cukup lucu yang menimpa saya. Seorang teman berteriak di kelas, “Hey, ini uang seribu siapa?” Setelah mengecek kantong, ternyata itu uang saya. Saya kemudian berteriak, “Oh! Itu uang satu ribuan aku!” Otomatis satu kelas tergelak dan menertawakan saya.
                Saya melewati masa SD di Al Azhar dengan lancar. Namun, ada beberapa kejadian dimana saya ditegur oleh guru karena perilaku saya yang kurang sopan. Pribadi saya yang berisik dan blak-blakan seringkali membuat saya tidak sadar bahwa perkataan saya telah menyakiti seseorang, tidak terkecuali guru saya sendiri. Orangtua saya bahkan sampai dipanggil ke sekolah. Sejak saat itu, saya berusaha memperbaiki diri.
Selama 3 tahun bersekolah di Al Azhar, saya diberi kesempatan mengikuti berbagai macam lomba. Karena bahasa inggris saya lancar setelah bersekolah di Amerika, saya lebih sering ikut lomba Bahasa Inggris. Saat kelas 5, saya diberangkatkan ke Semarang untuk mengikuti Olimpiade Mata Pelajaran Al Azhar se-Indonesia. Saya mewakili pelajaran Bahasa Inggris untuk Story Telling. Alhamdulillah, saya menang juara 1.
                Sejujurnya, saat SD, saya paling malas belajar, karena pada kenyataannya pelajaran SD memang cukup gampang. Namun saya cukup panik menghadapi UAS dan UASBN yang akan diadakan sebentar lagi. Belum lagi, saya gagal lulus tes untuk masuk kelas akselerasi di SMP Al Azhar. Saya sempat merasa sangat down. Namun wali kelas saya, Pak Yas, percaya bahwa saya bisa. Beliau selalu menyemangati saya untuk belajar. Beliau bercerita bahwa tahun lalu, ada kakak kelas saya yang berhasil ‘memborong’ berbagai piala saat kelulusan. Saya bersemangat mendengar cerita itu dan kemudian lebih giat belajar. Saat kelulusan, dipanggil lah nama-nama orang yang meraih nilai tertinggi di berbagai mata pelajaran untuk maju ke panggung dan mengambil piala. Tiba-tiba nama saya dipanggil. Ternyata saya meraih nilai tertinggi untuk mata pelajaran Agama. Saya berjalan ke panggung sedikit bingung, tidak menyangka bahwa saya akan mendapat piala apapun. Saat sudah mengambil piala, lalu baru mau duduk kembali, tiba-tiba nama saya dipanggil lagi. Dan lagi. Dan lagi! Saya benar-benar tidak menyangka bahwa saya akan ‘memborong’ berbagai macam piala saat kelulusan seperti yang diceritakan Pak Yas. Alhamdulillah, saya berhasil meraih juara umum SDI Al Azhar tahun 2007-2008.
Bersama teman-teman SD saat perpisahan di Lembang, Bandung


                “Merantau” (Masa SMP)
Orangtua saya akhirnya memutuskan untuk menyekolahkan saya di Nurul Fikri Boarding School di Serang, Banten. Harapan mereka menyekolahkan saya di Nurul Fikri adalah agar saya terbiasa jauh dari orangtua, juga untuk memupuk kemandirian saya. Di Nurul Fikri, kami menyapu, mengepel, dan mencuci piring sendiri. Yang dibantu oleh para ‘teteh’ hanya mencuci baju dan memasak. Sebelum masuk NF, bayangan saya tentang sebuah ‘boarding school’ itu sangat suram: kamar yang sesak dan panas, dan makanan sehari-hari hanyalah tempe dan sayur asem. Pokoknya primitif. Tapi saat sudah tiba di NF, fasilitasnya modern dan nyaman, sehingga saya tidak se khawatir sebelumnya bersekolah disini.
                Kehidupan saya selama 3 tahun di NF sangat berwarna. Banyak sekali pengalaman yang berharga. Sesungguhnya bersekolah di NF sangat membentuk kepribadian saya. Banyak pelajaran hidup penting saya dapatkan selama berasrama, yang pastinya tidak bias didapat jika tidak sekolah di boarding school. Saya juga jadi mengenal perilaku dan kepribadian seluruh teman-teman seangkatan, karena kami selalu bersama selama 24 jam sehari. Siapa yang jorok nya luar biasa, siapa yang jago masak, siapa yang tukang ngambek—pokoknya saya sudah mengenal luar dalam 60 teman seangkatan saya.

Menginap dengan teman- teman SMP di Villa Pisita, Anyer
Menjahili teman yang sedang ulang tahun
                Salah satu pencapaian yang membuat saya bangga adalah bahwa saya diberi kepercayaan oleh teman-teman untuk menjadi Ketua OSIS SMP Nurul Fikri Boarding School periode 2009-2010. Saya berusaha sekeras mungkin untuk memimpin kabinet saya dengan baik.
Saya juga diberi kesempatan untuk mengikuti berbagai lomba. Lomba yang paling mengesankan bagi saya adalah FLS2N, atau Festival Lomba Seni Siswa Nasional. Saya mengikuti cabang lomba Story telling dan Alhamdulillah, saya berhasil melewati seluruh tahap seleksi hingga berhasil lolos ke tahap nasional. Pada akhir Juni 2010, saya dikirim ke Surabaya untuk mewakili Provinsi Banten bersama teman-teman yang mewakili Banten untuk cabang lomba lain, seperti tari tradisional, cerpen, seni musik tradisional, vocal, dan lain-lain. FLS2N berlangsung selama seminggu, dan selama waktu itu saya bertemu dan berinteraksi dengan banyak sekali orang dari seluruh Indonesia! Di akhir kompetisi, saya hanya mendapat juara harapan 2. Tapi saya sudah sangat puas. Pengalaman itu sangat menyenangkan dan membekas di hati.
                Tak terasa, saya sudah naik ke kelas 9, dimana pikiran sudah harus fokus ke Ujian Nasional dan tes masuk SMA. Berkat guru-guru yang tanpa lelah mengajar, saya berhasil lulus Ujian Nasional dengan NEM tertinggi ke-3 di angkatan saya. Sekarang, saatnya berbingung-bingung mencari SMA. Pada awalnya, saya hanya ingin mencoba tes SMA 8, karena sekolah itu memang sudah menjadi sekolah favorit se-Jakarta, bahkan se-Indonesia. Tiba-tiba teman baik saya membujuk saya untuk mencoba tes di SMA Labschool Kebayoran. Saya berpikir, apa ruginya, sekalian dijadikan sekolah cadangan. Ternyata saya lolos tes untuk masuk SMA Labschool Kebayoran.
                Tiba saatnya tes masuk SMA 8, yaitu tes akademik. Bodohnya, saya tidak belajar sama sekali pada malam sebelumnya. Karena saya meremehkan tes ini dan tidak belajar, cukup banyak pertanyaan yang tidak bisa saya jawab. Walaupun saya sudah menduga bahwa saya tidak akan diterima di SMA 8, tetap saja terasa kecewa saat tidak menemukan nama saya tertera di daftar siswa siswi yang lolos tes. Akhirnya saya meringankan hati, dan mempersiapkan diri untuk masuk sebagai murid di SMA Labschool Kebayoran.
Kabinet OSIS SMP Nurul Fikri Boarding School 2009-2010
Bersama Joshua dan Nabila saat pengumuman juara FLS2N

Menghadapi Dunia Nyata (Masa SMA)
               Masuk SMA merupakan suatu fase yang cukup penting untuk saya, karena setelah tiga tahun ‘merantau’ ke Serang, kini saya kembali ke Ibukota. Masa Orientasi Siswa saya lalui dengan cukup lancar, walaupun kadang terbingung-bingung menghadapi teka-teki yang diberikan oleh kakak-kakak OSIS. Saya juga kaget menemukan sebuah ‘tradisi’ labschool: makan komando. Sepanjang MOS saya menggerutu dalam hati, orang macam apa yang bisa menghabiskan makanan sebanyak ini dalam waktu sepuluh hitungan?! Tetapi lama kelamaan, saya jadi terbiasa, bahkan sampai terbawa kebiasaan menghabiskan makan dengan cepat. Saya masuk ke kelas XB, dan dengan cepat menemukan teman-teman yang sangat baik dan setia kawan. Bersama dengan teman-teman baru, kami berusaha menyesuaikan diri dengan pelajaran SMA yang jauh lebih kompleks dan menantang dari pelajaran SMP.
                Beberapa hari setelah MOS, Ekspo Ekskul diadakan untuk mengarahkan para siswa memilih ekskul yang diinginkan. Sempat bingung memilih apa, namun pada akhirnya saya memutuskan untuk ikut PALABSKY, atau Pecinta Alam Labschool Kebayoran. Palabsky meninggalkan kesan yang sangat mendalam di diri saya. Palabsky mengubah saya yang tadinya lemah menjadi kuat, baik dalam segi fisik maupun mental. Namun sayangnya, saya tidak dapat mengikuti Pendidikan Dasar Palabsky, atau PDP akibat patah tulang, sehingga saya masih berstatus Calon Anggota Muda (CAM). 
Susur Pantai 2012 dengan teman-teman Palabsky

                Di Labschool, ada 3 kegiatan yang wajib diikuti siswa, yaitu MOS, Trip Observasi, dan Bintama. Ketiga kegiatan ini sangat mengesankan. Trip Observasi atau TO adalah kegiatan dimana siswa menghabiskan 5 hari di desa bersama kelompok dan mentornya.  TO sangat menyenangkan! Tetapi kegiatan persiapan TO, atau Pra-Trip Observasi, kebalikannya. Bisa dibilang Pra TO cukup menyiksa. Setelah melalui semua ‘siksaan’ itu, akhirnya angkatan saya mempunyai nama, yaitu Dasa Eka Cakra Bayangkara, atau Dasecakra. Dasecakra diketuai Bayu, Maga, dan Abon. Saya sangat bangga menjadi bagian dari angkatan 10 Dasecakra.
                 Bintama tidak kalah mengesankan dengan TO, bahkan menurut saya Bintama adalah kegiatan yang paling mengesankan. Kami dibina oleh KOPASSUS grup 1 di Serang, Banten. Sepanjang hari, kami digembor kegiatan fisik dan diteriaki oleh para untuk bergerak cepat, tetap melek—pokoknya benar-benar melatih mental. Namun salah satu alasan Bintama sangat mengesankan bagi saya adalah karena saya menyembelih ular saat kegiatan survival!
                Singkat cerita, sekarang saya sudah menduduki kelas XI IPA 1. Tahun ini saya  baru akan memulai masa jabatan menjadi pengurus OSIS Amarasandhya Batarasena sebagai seksi edukasi. Saya sudah melalui berbagai tantangan di kelas 10, namun bukan berarti tantangan itu sudah berakhir, justru semakin bertambah. Saya harus pintar-pintar mengatur waktu antara belajar untuk mengejar nilai dan urusan organisasi yang lain. Belum lagi waktu untuk refreshing, hehehe. 16 tahun yang telah saya jalani belum cukup untuk menjadikan saya orang yang bijak, belum cukup pula untuk memenuhi segala hal yang saya ingin capai. 16 tahun sangatlah tidak cukup. Oleh karena itu, saya menanti tahun-tahun yang akan datang dengan hati ringan dan penuh harap!
Saat Study tour ke Bandung

Setelah LALINJU, menunggu dilantik

Bersama teman-teman Palabsky dan MPK setelah pelantikan

Labels: autobiography, picture, school

permalink | 0 comments (+)

« BACK FORWARD »


prologue



Savanna Segara
'96 liner; Labschool Kebayoran.
I like eating, screaming, listening to music and making a fool of myself.
I am extra fond of japanese food :)
I listen to jpop, kpop, rock, and hiphop.
I hate math D:
mcrush•dasecakra


follow blog | facebook | twitter


these are a few of my favorite things



tagboard

I do link exchanges. Please leave a tag with your URL if you want to be friends with me ;)


credits


Blogskin coded by Janani, batman icon from weheartit :-)
Story of My Life.........So Far. ; Thursday, September 27, 2012

My history teacher gave out an assignment to make an autobiography and post it onto the class blog. Well I thought, why don't I post it on my blog as well! Haha.
It's in Indonesian though. Here we go!





16 Tahun Belum Cukup

Masa Balita
Hari masih terang ketika saya terlahir ke dunia. Saya lahir di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita di Jakarta Barat sekitar pukul 13.00 pada hari Senin, 29 April 1996. Saya lahir dengan berat 3,6 kg dan tinggi 55 cm. Savanna Berlian Segara, begitulah nama lengkap saya. Savanna yang dimaksud di nama saya bukan padang rumput, melainkan nama sebuah kota di Amerika Serikat yang disukai kedua orangtua saya karena keindahan dan ketenangannya. Berlian diambil dari nama sebuah permata, dan Segara berarti lautan. Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Saya mempunyai seorang kakak perempuan bernama Virginia Intan Segara dan adek laki-laki yang bernama Arlington Klana Segara. “Mama senang sekali, kalian saat masih kecil itu anak baik, nggak pernah rewel. Nggak pernah nangis kenceng-kenceng di jalanan minta dibelikan mainan kayak anak-anak lain.”, begitulah yang dikatakan Ibu saya.
Walaupun saya tidak rewel, orangtua saya berkata kalau sejak kecil saya sudah ngeyel. Papa saya bercerita, saat masih KB, saya pernah berdiri dan loncat-loncat di kursi depan mobil saat Papa sedang menyetir. Papa sudah menyuruh saya duduk tapi saya tetap ngotot ingin berdiri. Tiba-tiba, Papa mengerem mendadak sehingga saya terlempar kedepan dan terkena dashboard mobil. Keluar banyak sekali darah dari mulut saya! Darahnya sangat banyak sampai-sampai kami berhenti ditengah jalan dan membeli aqua untuk kumur-kumur. Saya menangis kencang sambil berkumur dan mendengarkan omelan Papa, “Tuhkan, makanya jangan ngeyel!”
Masa balita saya lalui dengan bahagia di Jakarta. Saya KB dan TK A di Yasporbi, sebuah sekolah di daerah Kemanggisan. Namun, belum lulus TK A, saya pindah sekolah ke TK Islam Al Azhar 1 Pusat karena pindah rumah.

Bersama kakak di tempat tidur


Merayakan ulang tahun kakak

Bersama adek, kakek dan nenek


Meninggalkan Indonesia (Masa TK-SD kelas 3)
Baru beberapa hari memasuki TK B, Papa saya ditugaskan oleh kantornya, Bank Indonesia, untuk pergi dinas ke Amerika Serikat untuk bekerja di IMF. Karena dinas nya cukup lama, yaitu 3 tahun, kami sekeluarga ikut serta. Jadilah pada akhir tahun 2001 kami sekeluarga berangkat ke Amerika. Selama disana, kami tinggal di Rockville, Maryland. Selama 3 bulan pertama, saya belajar menyesuaikan diri dengan kehidupan di Amerika.  Cuaca yang sangat berbeda dengan Indonesia tidak mudah untuk diterima oleh tubuh saya. Kebetulan, kami tiba di bulan November, dimana udara sudah sangat dingin, bahkan salju sudah mulai turun. Saya juga mengalami jetlag selama beberapa minggu.
 Namun tentu yang paling terasa adalah perbedaan bahasa. Saya benar-benar tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali! Apesnya, di hari pertama sekolah, seluruh murid kelas saya mendapat tugas untuk menggambar lalu maju kedepan kelas untuk menceritakannya. Giliran saya pun tiba. Saya bersusah payah menjelaskan gambar yang saya buat dengan bahasa inggris yang pas-pasan sambil menahan malu. Karena bahasa inggris saya sangat minim, pada hari pertama sekolah saya hanya berdiam diri, tiba-tiba dua orang anak menghampiri saya. Dua anak itu adalah Robin dan Richard. Ternyata mereka mengajak saya bermain dengan anak-anak lain! Hal itu membuat saya bahagia tak kepalang. Sejak hari itu, kami bertiga bersahabat. Sampai sekarang kami masih sering bertukar kabar tentang keadaan masing-masing. 
 
Bersama guru SD kelas 1, Ms. Safapour
 
Bermain salju dengan keluarga
                Sebenarnya, yang paling menyenangkan adalah libur sekolah di Amerika sangat panjang-libur naik kelas, alias libur musim panas, mencapai 3 bulan! Belum lagi libur musim dingin, musim semi, dan musim gugur. Pokoknya setiap musim ada liburnya deh. Karena itu, hampir setiap liburan kami sekeluarga selalu pergi travelling keliling Amerika. Asiknya adalah: kami jarang sekali menggunakan pesawat, hampir selalu menggunakan mobil! Kami roadtrip keliling Amerika mengunjungi berbagai tempat dan landmark di Amerika Serikat, seperti Niagara Falls, Grand Canyon, Broadway, Las Vegas, dan lain lain. Di awal tahun 2004, Papa saya ditugaskan untuk kembali ke Indonesia. Dengan berat hati saya mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman dan meninggalkan Amerika, tempat yang saya anggap rumah selama tiga tahun terakhir. 
Liburan ke Florida bersama keluarga

Di depan Statue of Liberty, New York
              

 Kembali ke Tanah Air (Masa SD kelas 3-6)
                Begitu sampai di Indonesia, saya langsung memasuki kelas 3 di SD Islam Al Azhar 1 Pusat. Rupanya cukup banyak teman TK yang masih ingat dengan saya! Kami kembali berteman dengan cepat. Nah, sekarang giliran saya berusaha mengingat kembali Bahasa Indonesia. Ada kejadian cukup lucu yang menimpa saya. Seorang teman berteriak di kelas, “Hey, ini uang seribu siapa?” Setelah mengecek kantong, ternyata itu uang saya. Saya kemudian berteriak, “Oh! Itu uang satu ribuan aku!” Otomatis satu kelas tergelak dan menertawakan saya.
                Saya melewati masa SD di Al Azhar dengan lancar. Namun, ada beberapa kejadian dimana saya ditegur oleh guru karena perilaku saya yang kurang sopan. Pribadi saya yang berisik dan blak-blakan seringkali membuat saya tidak sadar bahwa perkataan saya telah menyakiti seseorang, tidak terkecuali guru saya sendiri. Orangtua saya bahkan sampai dipanggil ke sekolah. Sejak saat itu, saya berusaha memperbaiki diri.
Selama 3 tahun bersekolah di Al Azhar, saya diberi kesempatan mengikuti berbagai macam lomba. Karena bahasa inggris saya lancar setelah bersekolah di Amerika, saya lebih sering ikut lomba Bahasa Inggris. Saat kelas 5, saya diberangkatkan ke Semarang untuk mengikuti Olimpiade Mata Pelajaran Al Azhar se-Indonesia. Saya mewakili pelajaran Bahasa Inggris untuk Story Telling. Alhamdulillah, saya menang juara 1.
                Sejujurnya, saat SD, saya paling malas belajar, karena pada kenyataannya pelajaran SD memang cukup gampang. Namun saya cukup panik menghadapi UAS dan UASBN yang akan diadakan sebentar lagi. Belum lagi, saya gagal lulus tes untuk masuk kelas akselerasi di SMP Al Azhar. Saya sempat merasa sangat down. Namun wali kelas saya, Pak Yas, percaya bahwa saya bisa. Beliau selalu menyemangati saya untuk belajar. Beliau bercerita bahwa tahun lalu, ada kakak kelas saya yang berhasil ‘memborong’ berbagai piala saat kelulusan. Saya bersemangat mendengar cerita itu dan kemudian lebih giat belajar. Saat kelulusan, dipanggil lah nama-nama orang yang meraih nilai tertinggi di berbagai mata pelajaran untuk maju ke panggung dan mengambil piala. Tiba-tiba nama saya dipanggil. Ternyata saya meraih nilai tertinggi untuk mata pelajaran Agama. Saya berjalan ke panggung sedikit bingung, tidak menyangka bahwa saya akan mendapat piala apapun. Saat sudah mengambil piala, lalu baru mau duduk kembali, tiba-tiba nama saya dipanggil lagi. Dan lagi. Dan lagi! Saya benar-benar tidak menyangka bahwa saya akan ‘memborong’ berbagai macam piala saat kelulusan seperti yang diceritakan Pak Yas. Alhamdulillah, saya berhasil meraih juara umum SDI Al Azhar tahun 2007-2008.
Bersama teman-teman SD saat perpisahan di Lembang, Bandung


                “Merantau” (Masa SMP)
Orangtua saya akhirnya memutuskan untuk menyekolahkan saya di Nurul Fikri Boarding School di Serang, Banten. Harapan mereka menyekolahkan saya di Nurul Fikri adalah agar saya terbiasa jauh dari orangtua, juga untuk memupuk kemandirian saya. Di Nurul Fikri, kami menyapu, mengepel, dan mencuci piring sendiri. Yang dibantu oleh para ‘teteh’ hanya mencuci baju dan memasak. Sebelum masuk NF, bayangan saya tentang sebuah ‘boarding school’ itu sangat suram: kamar yang sesak dan panas, dan makanan sehari-hari hanyalah tempe dan sayur asem. Pokoknya primitif. Tapi saat sudah tiba di NF, fasilitasnya modern dan nyaman, sehingga saya tidak se khawatir sebelumnya bersekolah disini.
                Kehidupan saya selama 3 tahun di NF sangat berwarna. Banyak sekali pengalaman yang berharga. Sesungguhnya bersekolah di NF sangat membentuk kepribadian saya. Banyak pelajaran hidup penting saya dapatkan selama berasrama, yang pastinya tidak bias didapat jika tidak sekolah di boarding school. Saya juga jadi mengenal perilaku dan kepribadian seluruh teman-teman seangkatan, karena kami selalu bersama selama 24 jam sehari. Siapa yang jorok nya luar biasa, siapa yang jago masak, siapa yang tukang ngambek—pokoknya saya sudah mengenal luar dalam 60 teman seangkatan saya.

Menginap dengan teman- teman SMP di Villa Pisita, Anyer
Menjahili teman yang sedang ulang tahun
                Salah satu pencapaian yang membuat saya bangga adalah bahwa saya diberi kepercayaan oleh teman-teman untuk menjadi Ketua OSIS SMP Nurul Fikri Boarding School periode 2009-2010. Saya berusaha sekeras mungkin untuk memimpin kabinet saya dengan baik.
Saya juga diberi kesempatan untuk mengikuti berbagai lomba. Lomba yang paling mengesankan bagi saya adalah FLS2N, atau Festival Lomba Seni Siswa Nasional. Saya mengikuti cabang lomba Story telling dan Alhamdulillah, saya berhasil melewati seluruh tahap seleksi hingga berhasil lolos ke tahap nasional. Pada akhir Juni 2010, saya dikirim ke Surabaya untuk mewakili Provinsi Banten bersama teman-teman yang mewakili Banten untuk cabang lomba lain, seperti tari tradisional, cerpen, seni musik tradisional, vocal, dan lain-lain. FLS2N berlangsung selama seminggu, dan selama waktu itu saya bertemu dan berinteraksi dengan banyak sekali orang dari seluruh Indonesia! Di akhir kompetisi, saya hanya mendapat juara harapan 2. Tapi saya sudah sangat puas. Pengalaman itu sangat menyenangkan dan membekas di hati.
                Tak terasa, saya sudah naik ke kelas 9, dimana pikiran sudah harus fokus ke Ujian Nasional dan tes masuk SMA. Berkat guru-guru yang tanpa lelah mengajar, saya berhasil lulus Ujian Nasional dengan NEM tertinggi ke-3 di angkatan saya. Sekarang, saatnya berbingung-bingung mencari SMA. Pada awalnya, saya hanya ingin mencoba tes SMA 8, karena sekolah itu memang sudah menjadi sekolah favorit se-Jakarta, bahkan se-Indonesia. Tiba-tiba teman baik saya membujuk saya untuk mencoba tes di SMA Labschool Kebayoran. Saya berpikir, apa ruginya, sekalian dijadikan sekolah cadangan. Ternyata saya lolos tes untuk masuk SMA Labschool Kebayoran.
                Tiba saatnya tes masuk SMA 8, yaitu tes akademik. Bodohnya, saya tidak belajar sama sekali pada malam sebelumnya. Karena saya meremehkan tes ini dan tidak belajar, cukup banyak pertanyaan yang tidak bisa saya jawab. Walaupun saya sudah menduga bahwa saya tidak akan diterima di SMA 8, tetap saja terasa kecewa saat tidak menemukan nama saya tertera di daftar siswa siswi yang lolos tes. Akhirnya saya meringankan hati, dan mempersiapkan diri untuk masuk sebagai murid di SMA Labschool Kebayoran.
Kabinet OSIS SMP Nurul Fikri Boarding School 2009-2010
Bersama Joshua dan Nabila saat pengumuman juara FLS2N

Menghadapi Dunia Nyata (Masa SMA)
               Masuk SMA merupakan suatu fase yang cukup penting untuk saya, karena setelah tiga tahun ‘merantau’ ke Serang, kini saya kembali ke Ibukota. Masa Orientasi Siswa saya lalui dengan cukup lancar, walaupun kadang terbingung-bingung menghadapi teka-teki yang diberikan oleh kakak-kakak OSIS. Saya juga kaget menemukan sebuah ‘tradisi’ labschool: makan komando. Sepanjang MOS saya menggerutu dalam hati, orang macam apa yang bisa menghabiskan makanan sebanyak ini dalam waktu sepuluh hitungan?! Tetapi lama kelamaan, saya jadi terbiasa, bahkan sampai terbawa kebiasaan menghabiskan makan dengan cepat. Saya masuk ke kelas XB, dan dengan cepat menemukan teman-teman yang sangat baik dan setia kawan. Bersama dengan teman-teman baru, kami berusaha menyesuaikan diri dengan pelajaran SMA yang jauh lebih kompleks dan menantang dari pelajaran SMP.
                Beberapa hari setelah MOS, Ekspo Ekskul diadakan untuk mengarahkan para siswa memilih ekskul yang diinginkan. Sempat bingung memilih apa, namun pada akhirnya saya memutuskan untuk ikut PALABSKY, atau Pecinta Alam Labschool Kebayoran. Palabsky meninggalkan kesan yang sangat mendalam di diri saya. Palabsky mengubah saya yang tadinya lemah menjadi kuat, baik dalam segi fisik maupun mental. Namun sayangnya, saya tidak dapat mengikuti Pendidikan Dasar Palabsky, atau PDP akibat patah tulang, sehingga saya masih berstatus Calon Anggota Muda (CAM). 
Susur Pantai 2012 dengan teman-teman Palabsky

                Di Labschool, ada 3 kegiatan yang wajib diikuti siswa, yaitu MOS, Trip Observasi, dan Bintama. Ketiga kegiatan ini sangat mengesankan. Trip Observasi atau TO adalah kegiatan dimana siswa menghabiskan 5 hari di desa bersama kelompok dan mentornya.  TO sangat menyenangkan! Tetapi kegiatan persiapan TO, atau Pra-Trip Observasi, kebalikannya. Bisa dibilang Pra TO cukup menyiksa. Setelah melalui semua ‘siksaan’ itu, akhirnya angkatan saya mempunyai nama, yaitu Dasa Eka Cakra Bayangkara, atau Dasecakra. Dasecakra diketuai Bayu, Maga, dan Abon. Saya sangat bangga menjadi bagian dari angkatan 10 Dasecakra.
                 Bintama tidak kalah mengesankan dengan TO, bahkan menurut saya Bintama adalah kegiatan yang paling mengesankan. Kami dibina oleh KOPASSUS grup 1 di Serang, Banten. Sepanjang hari, kami digembor kegiatan fisik dan diteriaki oleh para untuk bergerak cepat, tetap melek—pokoknya benar-benar melatih mental. Namun salah satu alasan Bintama sangat mengesankan bagi saya adalah karena saya menyembelih ular saat kegiatan survival!
                Singkat cerita, sekarang saya sudah menduduki kelas XI IPA 1. Tahun ini saya  baru akan memulai masa jabatan menjadi pengurus OSIS Amarasandhya Batarasena sebagai seksi edukasi. Saya sudah melalui berbagai tantangan di kelas 10, namun bukan berarti tantangan itu sudah berakhir, justru semakin bertambah. Saya harus pintar-pintar mengatur waktu antara belajar untuk mengejar nilai dan urusan organisasi yang lain. Belum lagi waktu untuk refreshing, hehehe. 16 tahun yang telah saya jalani belum cukup untuk menjadikan saya orang yang bijak, belum cukup pula untuk memenuhi segala hal yang saya ingin capai. 16 tahun sangatlah tidak cukup. Oleh karena itu, saya menanti tahun-tahun yang akan datang dengan hati ringan dan penuh harap!
Saat Study tour ke Bandung

Setelah LALINJU, menunggu dilantik

Bersama teman-teman Palabsky dan MPK setelah pelantikan

Labels: autobiography, picture, school

permalink | 0 comments (+)

« BACK FORWARD »